Pria Temukan 4 Planet Tanpa Bantuan Teleskop


LONDON - Dilaporkan seorang pengamat astronomi amatir Peter Jalowiczor, menemukan empat planet baru dengan menggunakan komputer rumahan.

Jalowiczor mengatakan bahwa ia menggunakan dua buah komputer rumahnya dan menghabiskan waktu selama tiga tahun, untuk menganalisa data yang dirilis oleh Lick-Canegie Planet Search Team dari University of California, Santa Cruz, California. Demikian seperti yang dikutip dari Cnet, Selasa (4/1/2011).

Peter Jalowiczor, menggunakan spectroscopy Doppler untuk melacak planet yang lokasinya terlalu jauh, untuk dilacak dengan menggunakan teleskop.

Planet-planet baru yang ditemukan oleh Jalowiczor adalah HD31253b, HD218566b, HD177830c dan HD99492c.

"Saya melihat pada perubahan perilaku di bintang-bintang, yang hanya bisa disebabkan oleh planet atau planet yang mengitari mereka. Begitu saya bisa mengidentifikasinya, saya akan mengirimkan informasi detilnya ke Lick-Canegie Planet Search Team di Santa Cruz," jelas Jalowiczor.

"Jika planet mengorbit pada sebuah bintang, maka itu akan menyebabkan sedikit goyangan pada pergerakan bintang tersebut. Goyangan tersebut terlihat pada cahaya bintang tersebut," tambah Jalowiczor.

continue reading

Empat Astronom RI Menjadi Nama Asteroid


BANDUNG - Empat astronom dari Kota Bandung, Jawa Barat, diabadikan menjadi nama asteroid oleh International Astronomical Union (IAU) yang beranggotakan para astronom dari seluruh dunia.

Empat astronom ini merupakan mantan Kepala Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa Barat. Mereka Bambang Hidayat, 76, Kepala Bosscha 1968–1999 yang diabadikan pada asteroid bernomor 12176. Nama asteroid itu kini menjadi asteroid Hidayat. Moedji Raharto, 56, Kepala Bosscha 1999– 2004 diabadikan pada asteroid 12177 dengan sebutan asteroid Raharto. Dhani Herdiwijaya, 47, Kepala Bosscha 2004–2005 jadi nama asteroid Dhani menggantikan asteroid 12178.

Lalu Taufiq Hidayat, Kepala Bosscha 2006-2010, diabadikan pada asteroid 12179 dengan sebutan asteroid Taufiq. Pengabadian empat astronom Indonesia menjadi nama asteroid ditetapkan dalam rapat eksekutif IAU bulan November 2010. IAU adalah lembaga astronomi tertinggi di dunia yang anggotanya hampir dari seluruh negara.

"Ini berarti dunia masih mengakui eksistensi Observatorium Bosscha dan mengakui apa yang dilakukan keempat astronom itu dalam dunia astronomi," ungkap Kepala Bosscha Hakim L Malasan kemarin.

Keempat astronom itu kebetulan berdomisili di Kota Bandung dan sama-sama jebolan Institut Teknologi Bandung. Kecuali Bambang Hidayat, semua astronom masih aktif mengajar sebagai dosen di ITB.

"Pak Bambang Hidayat sudah pensiun," sebut Hakim. Meski penetapan sudah dilakukan bulan November, IAU baru memublikasi hasil rapat eksekutif mereka dua bulan setelahnya atau Januari ini.

"Sebenarnya sejak November asteroid itu sudah bukan nomor lagi,tapi sudah berganti dengan nama empat astronom itu," terang Hakim. Empat asteroid yang hanya berupa nomor itu pertama kali tertangkap teleskop Schmidt 122 cm yang dipakai Cornelis Johannes van Houten dan Ingrid van Houten-Groeneveld di Observatorium Palomar. Diameter empat asteroid berkisar 1-1,5 km yang berjarak 500 juta km antara planet Mars dan Yupiter.

"Sesuai kesepakatan,asteroid yang ketemu oleh teleskop hanya diberi nomor katalog saja," terang Hakim.

Pengabadian nama empat astronom menjadi nama asteroid ini dapat disebut sebagai prestasi luar biasa karena tidak sembarang orang mengalaminya. Bambang, Moedji, Dhani maupun Taufiq merupakan orang Indonesia pertama yang diabadikan jadi nama asteroid.

"Sebelumnya belum pernah ada orang Indonesia yang jadi nama asteroid," kata Hakim. Meski di Benua Asia hal demikian bukan yang pertama, tapi keempatnya jadi yang pertama di regional Asia Tenggara.

"Di tingkat Asia, astronom dari Jepang dan India pernah, tapi di Asia Tenggara belum pernah ada," sebut Hakim. Empat astronom itu orang Indonesia pertama, tapi bukan Kepala Bosscha pertama yang diabadikan menjadi nama asteroid atau yang dikenal sebagai planet minor ini. Dalam situs langitselatan, ada dua nama Kepala Bosscha menjadi yang pertama diabadikan jadi nama asteroid, tapi keduanya berkebangsaan asing. Dua orang itu, Gale Bruno van Albada, Kepala Bosscha 1949–1958, dan Thé Pik Sin,Kepala Bosscha 1959–1968

continue reading

Matahari Kedua' Siap Sambangi Bumi


LONDON - Tahun ini, bumi bisa saja memiliki matahari kedua selama satu hingga dua pekan. Fenomena supernova itu akan terjadi ketika salah satu bintang paling terang di langit, Betelgeuse, meledak.

Seperti dilansir Daily Mail, Sabtu (22/1/2011), usia Betelgeuse, yang merupakan bagian dari konstelasi Orion (640 tahun dari bumi), akan segera berakhir. Disinyalir, bintang raksasa merah itu bakal meledak, dalam kurun tahun ini.

Ketika itu terjadi, peristiwa itu disebut-sebut akan menjadi ‘pertunjukan cahaya’ paling spektakuler bumi terbentuk. Begitu terangnya cahaya akibat supernova, bumi seolah-olah memiliki dua matahari, dimana langit malam juga akan terang seperti siang hari.

Meski begitu, para peneliti belum berani memastikan kapan tepatnya Betelgeuse meledak.

Pengajar fisika senior di Universitas Southern Queensland Australia, Brad Carter, mengklaim, ledakan itu bisa saja terjadi sebelum 2011 berakhir. Namun, mungkin saja Betelgeuse baru akan meledak pada tahun-tahun mendatang.

"Bintang tua ini sudah kehilangan ‘bahan bakar’ yang memungkinkannya tetap bersinar. Ketika bahan bakar ini habis, bintang akan mati dengan sendirinya dan itu akan terjadi sangat cepat," jelas Carter.

"Ini adalah peristiwa terakhir yang akan dialami bintang. Ketika bintang meledak, kita akan melihat cahaya yang sangat terang untuk beberapa pekan. Kemudian, dalam kurun beberapa bulan ke depan, cahaya itu mulai memudar dan pada akhirnya akan sulit dilihat," pungkasnya.

continue reading