Jejaring Sosial Tidak Picu Kerusuhan dan Revolusi


LONDON - Media sosial kini menjadi idola bagi para pengguna internet dalam mencari berita dunia terkini. Facebook dan Twitter disebut ikut bertanggung jawab dalam kerusuhan yang terjadi di Inggris baru-baru ini. Tapi merupakan sebuah kesalahan mengkambinghitamkan alat komunikasi sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam sebuah kerusuhan sosial.

Seperti yang dikutip dari Telegraph, sangat tidak masuk akal bahwa perwakilan dari Twitter, Facebook dan Blackberry harus menghapa pihak pemerintah dan kepolisian Inggris untuk membicarakan tentang kerusuhan tersebut. Dengan mengkambinghitamkan metode berkomunikasi sama saja mengacuhkan permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Hal ini cukup berbanding terbalik, karena awal tahun ini Twitter dan Facebook sempat disebut sebagai media yang berperan di balik revolusi yang terjadi Mesir dan beberapa negara Arab diktatoriat lainnya. Situs-situs jejaring sosial yang disebut-sebut berperan dalam meruntuhkan rezim-rezim pemerintah yang otoriter.

Dengan mengkombinasikan beberapa pola, para peneliti media sosial bahkan pada kejadian yang terjadi awal tahun di wilayah Arab tersebut menyebutnya 'revolusi pertama' di dunia.

Sebenarnya Twitter dan Facebook bukanlah pihak pemicu revolusi, mereka hanyalah sebuah media sarana komunikasi yang menghubungkan semua orang. Sangat tidak cermat apabila kepolisian Inggris menyeret pihak-pihak jejaring sosial ke kasus kerusuhan London. Sangat tidak cermat pula bagi orang-orang yang menganggap bahwa media sosial internet juga merupakan alat untuk menjatuhkan rezim-rezim di wilayah Arab.

Setelah kasus-kasus ini, apakah para pengguna jejaring sosial bisa menerima apabila media yang mereka gunakan diawasi oleh pihak berwenang, karena dianggap bisa memicu kekerasan seperti yang terjadi di dunia Arab dan London?

Sumber: okezone.com

0 komentar:

Posting Komentar